Sumber gambar: Yonulis.com |
Pria berambut hitam panjang sebahu itu tengah berjalan keluar menjauhi pintu kantornya. Saat ini jarum jam sedang menunjukkan pukul tiga sore, yang artinya jam kerjannya telah usai. Ia pun menghampiri motor veganya yang terpakir di depan gedung kantornya. Sambil memakai jaket berwarna hitam bergaris hijau itu, ia mengeluarkan handphone dari dalam sakunya dan menempelkannya pada motor dengan pelekat karet berwarna hitam yang menempel di balik casing handphone miliknya. Tubuhnya yang besar dan tegap tampak gagah dengan jaket hitam dengan garis-garis hijau disekelilingnya, dengan tulisan “Grab” yang berada di dada kirinya. Matanya sesekali melirik handphonenya menunggu customer pertamanya hari ini. Rizki Adi Pratama, nama lengkap pria dengan kulit sawo matang ini, memang menyambi sebagai pengemudi Grab setiap harinya. Waktunya di pagi hari, ia habiskan untuk bekerja di salah satu kantor di daerah Tangerang, sedangkan di sore harinya setelah pulang bekerja ia akan beralih profesi sebagai driver Grab.
Handphonenya tiba-tiba berbunyi. Akhirnya Rizki mendapat costumer pertamanya. Dengan segera ia duduk diatas jok motor, menyalakan motornya dan kemudian beranjak menghampiri costumernya ke tujuan Stasiun Tanah Abang. Baru saja ia mengistirahatkan bokongnya yang pegal, tak lama kemudian, terdengar bunyi dari handphonenya. Dalam pikirannya ia sudah tahu, ia baru saja mendapat costumer keduanya hari ini. Kedua matanya dengan segera melirik handpone di hadapannya untuk mengetahui lokasi penjemputan dan tujuannya.
Lokasi penjemputan di pasar tanah abang, dengan tujuan ke serengseng.
Lokasi penjemputan sangat strategis dengan posisinya saat itu pikirnya. Ia pun mengambil telepon genggam miliknya dan menghubungi costumer yang tertera pada layar untuk memastikan dengan lebih detail posisinya saat ini. Setelah mendapat gambaran yang jelas, ia menyalakan motornya dan bergegas ke lokasi penjemputan.
“Lo tau aturan maen di sini ga?”
Pengemudi ojek itu membentak Rizki dengan sangat keras hingga membuat wanita yang sedari tadi menunggu di depan pangkalan ojek menangis terkejut. Melihat costumernya menangis, Ia pun menahan emosinya dan menjelaskan dengan jujur kepada pria di hadapannya ini bahwa ia merupakan orang Tangerang dan tidak tahu sama sekali aturan main pada area kekuasaanya ini. Dengan proses musyawarah yang berusaha dilakukan Rizki, pria itu pun akhirnya dapat memaklumi Rizki dan membiarkannya mengambil costumernya.
ASMUN duduk di bawah pohon bersama dengan tiga orang temanya. Rompi hijau yang mereka kenakan merupakan simbol bahwa mereka adalah penguasa ojek pangkalan di area tersebut. Deretan motor-motor milik mereka terparkir rapih di tepian jalan Scientia Boulevard, yang siap menghantarkan penumpang yang membutuhkan jasa mereka. Walaupun cahaya matahari saat itu telah tergantikan oleh cahaya bulan, mereka tetap menunggu datangnya penumpang ke pangkalan mereka.
“Saya bener-bener terganggu dengan adanya ojek online” ucapnya dengan tegas. Dahinya berkerut saat mengatakan hal itu. Sambil memandang ke langit yang kelabu ia berkata kembali,
“Harusnya ojek online bisa menghormati kami dengan tidak mengambil penumpang di depan pangkalan, minimal 100 meter lah dari pangkalan baru mereka bisa ambil.”
Kesepakatan ini memang telah menjadi perjanjian antara kedua belah pihak untuk mengatasi adanya perselisihan diantara mereka. Banyaknya pengemudi ojek online yang mengambil penumpang di depan pangkalan mereka dinilai telah merebut calon penumpang yang seharusnya menjadi penumpang para pengemudi ojek pangkalan. Namun kesepakatan ini masih tetap dilanggar oleh para pengemudi ojek online. Hal tersebutlah yang sering kali membuat para pengemudi ojek pangkalan merasa geram.
Awal Mula Terjadi Konflik
Perselisihan terjadi ketika para ojek pangkalan atau biasa dikenal sebagai OPANG merasa kehadiran dari para pengemudi ojek online telah merebut calon penumpang mereka. Terlebih lagi karena ada beberapa penumpang memilih lokasi penjemputan yang salah dimana lokasi tersebut berdekatan dengan pangkalan ojek tradisional, hal tersebut sering kali membuat para pengemudi ojek pangkalan merasa terganggu dengan kehadiran ojek online yang menganggap mereka telah menghambat pendapatan mereka.
“Mereka iri sama ojek online karna kita lebih bisa mobile tanpa batas.”
Dampak Yang Dihadapi Keduanya
Claudia Audi, wanita berambut coklat ini, dikesehariannya lebih memilih untuk menggunakan ojek online dibandingkan dengan ojek pangkalan. Pelayanannya yang buruk dan harga yang tinggi membuat ojek pangkalan menjadi pilihan kedua dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.
Saat itu Audy, panggilan akrabnya, menaikki ojek pangkalan ketika ia hendak pulang kerumahnya yang berada di kelapa gading, saat itu pengemudi yang melihat Audi sebagai oran yang berada kemudian memiliki akal bulus untuk mencuranginya. Dengan alasan tidak tau jalan, ia mengajak Audy mengelilingi jalan hingga membuat mereka berdua tersasar di suatu tempat yang sama sekali tidak diketahuinya, hal itu membuat Audy harus membayar mahal untuk uang bensin yang dikeluarkan oleh pengemudi ojek tradisonal tersebut. Dari pengalaman itu membuat Audy trauma dalam menggunakan transportasi ojek tradisional.
Pelayanan buruk dan harga yang tinggi yang dikeluarkan oleh ojek pangkalan inilah yang kemudian membuat mereka kehilangan penumpang. Maysarakat jaman sekarang yang lebih menyukai sesuatu hal yang praktis lama kelamaan mulai meninggalkan jasa ojek pangkalan dan beralih menggunakan jasa online.
Agus, seorang pengemudi gojek, merasa adanya konflik yang terjadi antara mereka dengan ojek pangkalan membuat mereka menjadi kesulitan dalam mengangkut penumpang. Agus sendiri harus memastikan lokasi penumpangnya jauh dari pangkalan ojek, minimal 100 meter, sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak.
Harapan Dari Masing-Masing Pihak
Pria berkulit hitam gelap ini, hanya berharap bahwa kedepannya para pengemudi ojek online akan dapat menghargai hak satu sama lain. Dengan tatapan yang serius, ia menambahkan, bahwa masing-masing dari mereka harusnya dapat menepati kepakatan yang berada di masing-masing area. Ia juga berharap agar kedepannya mereka para pengemudi ojek pangkalan dapat meningkatkan pendapatan mereka secara perlahan-lahan seperti sedia kala saat ojek online belum merajai transportasi.
Di lain tempat, Rizki duduk diatas karpet merah, di samping kios-kios kosong yang terletak di Alfamidi Medang Lestari. Saat ditanya harapan, ia hanya berpikir sambil tersenyum, seolah itulah yang ia tunggu-tunggu sedari tadi. Sebagai seorang pengemudi ojek online ia hanya berharap, agar masing-masing pihak dapat saling menghormati satu sama lain. Ojek online juga perlu memiliki kesadaran sendiri untuk dapat memilih lokasi penjemputan penumpang sehingga tidak menyinggung pihak ojek pangkalan yang berada di area tersebut. Selain itu pria dengan suara berat ini, juga berharap agar para pengemudi ojek pangkalan dapat menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin tidak dengan kekerasan fisik dan verbal yang nantinya juga akan berimbas pada penumpang. Sambil bersandar pada dinding-dinding kios, ia menambahkan bahwa memang perkembangan ojek online membuat masyarakat kini beralih ke kenadaraan online, namun kendaraan umum masih akan menjadi pilihan warga apabila mereka menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dan memberikan pelayanan yang lebih baik demi keyamanan masyarakat. Pada dasarnya semua tergantung pada pihak pengemudi ojek pangkalan sendiri, apakah mereka mau mengikuti perubahan yang terjadi, ataukah mereka tetap akan mempertahankan posisi mereka saat ini sebagai pengemudi ojek pangkalan.
Komentar