Kanker serviks merupakan penyakit pembunuh nomor satu wanita di Indonesia menurut Yayasan Kanker Indonesia. Kanker ini muncul pada leher rahim wanita yang berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Untuk mencegah kanker serviks, dapat dilakukan Vaksin HPV sejak dini.
Pada tahun 2002, kanker serviks baru di dunia diperkirakan terjadi sebesar 493.000 dengan kasus kematian mencapai angka 274.000. Dari kasus baru tersebut, sebesar 83% ditemukan di negara berkembang termasuk Indonesia, yang mencangkup 15% dari seluruh kanker pada perempuan. Menurut Indonesian Journal of Cancer, perempuan yang terkena kanker serviks pada umumnya berusia relatif muda (dekade 4-5), dimana resiko terpapar kanker serviks sebelum usia 65 tahun adalah sebesar 1,5%. Hal ini juga diperkuat dengan data dari Center for Desease Education and Prevention (CDC), bahwa setiap tahun sekitar 14 juta orang termasuk remaja terinfeksi HPV karena masa remaja sejalan dengan masa pertumbuhan sehingga struktur organ serviks lebih rentan terhadap infeksi HPV.
HPV atau Human Pappilloma Virus ini merupakan penyebab dari kanker serviks baik secara biologik maupun epidemologik. Setelah memulai hubungan seksual, diperkirakan terdapat 33 persen wanita akan terinfeksi HPV. HPV disebabkan oleh beberapa sub tipe virus, di antaranya adalah strain 16, 18, 6, 11. HPV yang menjadi penyebab terbanyak kanker serviks ialah HPV strain 16 dan 18. Seperti yang dikutip dalam Indonesian Journal of Cancer, virus tipe 16 dan 18 bertanggung jawab sebesar 70% kanker vagina, anus, terutama pada kanker serviks di dunia, dan bertanggung jawab atas jumlah infeksi HPV di negara berkembang sebesar 65/72%. Sementara strain 6 dan 11 merupakan penyebab dari penyakit kutil kelamin.
Human Pappiloma Virus tersebar melalui hubungan seksual, di mana terjadi kontak langsung antara kulit kelamin, membran mukosa, atau pertukaran cairan tubuh, dan melalui seks oral dengan pengidap HPV. Infeksi virus tersebut dapat terjadi pada mukosa serviks, vagina, vulva (permukaan luar daerah kemaluan wanita) dan anus. Dokter Angela selaku dokter umum Siloam Clinic menjelaskan bahwa hubungan seksual beda pasangan di luar nikah atau multiple partner merupakan salah penyebab dari HPV.
“Jangan gonta-ganti pacar. Terus juga kalau misalnya memang berhubungan seksual di luar nikah beda pasangan, ya sebenernya sebenarnya sih pakai condom juga ga bagus karena itu juga tetap aja dia akan menularkan sedikit ,“ jelas dokter Angela saat ditemui di tempat praktiknya di kawasan Gading Serpong.
Di Indonesia sendiri menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, kasus kanker di Indonesia terjadi sebanyak kurang lebih 330.000 ribu orang dan kasus terbesar adalah kanker serviks atau kanker leher rahim. Sementara menurut WHO Information Centre on HPV and Cervical Cancer, 2 dari 10.000 orang wanita di Indonesia menderita kanker serviks dan diperkirakan 26 wanita meninggal setiap harinya karena kanker serviks. Namun angka tersebut masih dapat berkurang dengan pemberian vaksin HPV.
Menurut dokter spesialis kandungan Rumah Sakit Carolus Gading Serpong, Christina Handoko, vaksin HPV merupakan vaksin yang dibuat dengan rekayasa genetika untuk membentuk sebuah molekul yang menyerupai virus.
“Vaksin HPV itu merupakan vaksin yang dibuat secara rekayasa genetika, membentuk suatu molekul yang menyerupai virus, seperti partikel,” katanya1.
Secara singkat vaksin HPV merupakan suatu proses perlindungan dari kanker serviks. Vaksin ini secara popular ditunjukan untuk kanker serviks, namun juga bisa ditujukan untuk penderita kutil kelamin.
Vaksin HPV harus diberikan kepada mereka yang belum aktif secara seksual karena penularan virus ini melalui kontak seksual. Tak seperti vaksin lainnya, vaksin HPV harus diberikan sebanyak tiga kali secara bertahap. Vaksin HPV yang tersedia di Indonesia berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi virus HPV Strain 6, 11, 16, dan 18, yang dimana virus HPV strain 6 dan 11 adalah penyebab utama penyakit kutil kelamin.
Pemberian vaksin tebaik dilakukan sejak umur 11 tahun sebelum aktif secara seksual, meskipun vaksin dapat diberikan sejak umur 9 tahun. Semakin muda orang yang melakukan vaksin HPV, semakin tinggi pula tingkat efektifitas dari kerja vaksin. Vaksin ini tidak hanya diperuntukan untuk wanita namun juga untuk pria, agar terhindar dari Penyakit Menular seksual (PMS) seperti kutil kelamin. Selain itu, vaksin ini juga dapat menurunkan risiko penularan strain virus HPV penyebab kanker serviks pada pasangan seksualnya di kemudian hari.
Meskipun vaksin ini masih awam di telinga masyarakat tetapi vaksin ini mampu mencegah kanker serviks. Vaksin HPV merupakan salah satu langkah pencegahan primer untuk kanker serviks, asal dilakukan Pap Smear terlebih dahulu sebelum melakukan vaksin bagi seseorang yang pernah berhubungan seksual. Walaupun bersifiat optional, namun menurut dokter Angela, vaksin HPV tetap penting untuk dilakukan sebagai perlindungan. Terlebih lagi vaksin ini penting dilakukan untuk perempuan sebagai populasi terbanyak yang terkena dampak cukup besar dari virus ini.
“Vaksin HPV sifatnya optional, karena kan kalo yang namanya vaksinasi orang dewasa itu udah bukan imunisasi dasar,udah bukan imunisasi wajib, jadi terserah kalau mau vaksin boleh, kalau misalnya enggak ya gak masalah. Tapi balik lagi, nanti ada resiko kedepannya. Jadi lebih baik vaksin,” jelas dokter Angela.
Maka dari itu, penting untuk melakukan vaksin HPV agar terhindar dari kanker serviks dan penyakit kelamin lainnya.
Peran dan Tujuan Vaksin HPV
Ditinjau dari kegunaanya, vaksin Human Pappiloma Virus berperan sebagai upaya pencegahan dan terapi. Sebagai upaya pencegahan, vaksin ini diberikan kepada individu yang sehat dengan tujuan proteksi terhadap virus. Sementara vaksin HPV sebagai terapi diberikan kepada pasien yang sudah positif terinfeksi virus.
Menurut dokter Christina Handoko, tujuan dari dilakukanya vaksin HPV ini antara lain untuk memperkuat antibodi tubuh terhadap virus pappiloma.
“Tujuannya disuntikan ke tubuh manusia untuk menimbulkan antibodi pada virus HPV penyebab dari kanker serviks,” jelasnya.
Walaupun vaksin HPV berfungsi untuk memberikan proteksi terhadap virus pappiloma, namun Bambang Dwipoyono, staf medic fungsional ginekologi onkologi Rumah Sakit Kanker Dharmais, menulis dalam Indonesian Journal of Cancer, bahwa masih diperlukan pemantauan terhadap berapa lama proteksi oleh vaksin dapat bertahan.
Dalam jurnal tersebut dikatakan bahwa penelitian saat ini mengatakan 3,5 tahun pasca vaksin, tingkat proteksi terhadap sub tipe virus 16 sebesar 94%. Untuk 17,4 bulan pasca vaksin, tingkat proteksi sebesar 100%. Sementara penelitian lain mengatakan, setelah 4,5 tahun pasca vaksinasi, tingkat proteksi sebesar 94,3%.
Selanjutnya Bambang Dwipoyono menuliskan bahwa vaksin HPV 16 dan 18 tidak hanya memberikan proteksi terhadap virus HPV sub tipe 16 dan 18 saja, namun juga dapat memberikan proteksi terhadap virus HPV sub tipe 45 sebesar 94% dan terhadap virus HPV sub tipe 31 yakni sebesar 54%, tetapi tidak berlaku terjadap virus HPV sub tipe 33, 52, dan 588.
Tingkat proteksi tergantung dari tingkat antibody yang diinduksi oleh vaksin tersebut.
Jenis dan Prosedur Vaksin HPV
Terdapat 2 vaksin HPV yang dikembangkan secara komersial yakni cervarix dan gardasil. Cervarix merupakan vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18 yang dikembangkan oleh GlaxoSmithKline. Sementara gardasil merupakan vaksin kuadrivalen untuk HPV 16, 18, 6,11 yang dikembangkan oleh Merck and Co.Inc.
Untuk prosedur pemberian vaksin sendiri juga berbeda. Penyuntikan dengan cervarix dilakukan pada bulan ke 0,1, dan 6, dengan pemberian dosis sebanyak 0,5 ml. Sementara penyuntikan dengan Gardasil dilakukan pada bulan ke 0, 2, dan 6, dengan pemberian dosis sebanyak 0,5 ml.
Untuk melakukan vaksin HPV, pasien perlu menaati beberapa prosedur, diantaranya usia minimum untuk dapat melakukan vaksin adalah usia 9-10 tahun hingga usia maksimal untuk melakukan vaksin kurang lebih 45 tahun.
“Usia 18 tahun sudah boleh untuk vaksin, tapi kalau dia dibawah 18 tahun dan sudah aktif secara seksual, sudah pernah melakukan hubungan seks, itu mau di vaksin gapapa, asalkan dengan syarat dilakukan pemeriksaan dulu sebelumnya,” jelas dokter Angela.
“Sebenernya di bawah sepuluh tahun untuk saat ini sih masih ada vaksinnya untuk anak-anak tapi itu jarang banget, dan biasanya orang yang uda remaja dewasa yang vaksin,” tambahnya.
Pap Smear Namun, pasien yang belum pernah melakukan hubungan seksual sebelumnya tidak perlu melakukan Pap Smear karena sudah secara otomatis terlindungi dari paparan HPV.
Pap Smear sendiri merupakan pemeriksaan terhadap dinding serviks atau rahim untuk melihat adanya infeksi HPV. Oleh karena itu Pap Smear hanya dapat dilakukan oleh wanita. Mengutip dari Indonesia Journal of Cancer, bahwa sama halnya dengan vaksin, Pap Smear dilakukan untuk menurunkan kejadian kanker serviks. Namun perbedaanya, Pap Smear merupakan pencegahan sekunder untuk menemukan adanya infeksi HPV dimana terdapat dua jenis Pap Smear yakni thin prep dan konvensional, sementara vaksin merupakan pencegahan primer bersifat preventif yang dilakukan sebelum terpapar virus pappiloma. Dalam jurnal tersebut juga dijelaskan, Pap Smear sebagai program preverensi kanker serviks sekunder secara luas berhasil menurunkan kejadian kanker serviks sekaligus menyebabkan rendahnya kematian yang diakibatkan kanker serviks.
Dokter Christina Handoko menjelaskan jika hasil Pap Smear normal, maka baru ditindaklanjuti dengan penyuntikan vaksin HPV.
“Kalau sudah menikah biasanya, dilakukan Pap Smear dahulu, ketika hasil Pap Smear sudah keluar kita bedakan apakah Pap Smear nya normal atau sudah pernah terpapar virus HPV. Kalau sudah pernah terpapar kita anggap sudah timbul antibodi secara alami. Sehingga kita tidak melakukan penyuntikan, tapi kalau belum terpapar baru kita lakukan penyuntikan HPV,” katanya.
Selain itu dokter Angela menjelaskan dalam tiga kali penyuntikan pasien sebaiknya melakukan vaksin dengan menggunakan salah satu jenis vaksin saja. Hal tersebut dikarenakan kedua jenis vaksin memiliki strain dan kandungan yang berbeda.
“Dan dalam tiga kali penyuntikan itu kita hanya di vaksin dengan salah satu jenis vaksin HPV. Jadi ada dua macem vaksin anggep aja A sama B. Kalau sudah di vaksin sama yang A, sebaiknya A terus karena kalau dalam suntikan ke dua pake yang B, nanti yang selanjutnya harus B lagi, karena strangenya itu beda,” jelasnya.
Proses dan Cara Kerja Vaksin HPV
Vaksin yang mengandung partikel menyerupai virus, disuntikan ke dalam tubuh. Partikel untuk vaksin HPV sendiri dibuat mirip dengan virus aslinya, sehingga saat partikel ini dimasukan ke dalam tubuh, akan dianggap virus oleh antibodi tubuh dan memperkuat kekebalan antibodi.
Penyuntikan vaksin HPV dilakukan sebanyak tiga kali, dimana setiap tahap penyuntikan, antibody tubuh akan semakin banyak timbul. Oleh karena itu, pada saat pasien terpapar oleh virus HPV yang sesungguhnya, antibodi mereka akan dapat melawan virus tersebut.
“Cara kerja vaksin HPV, partikel yang masuk kedalam tubuh ini dianggap virus oleh antibody tubuh sehingga muncul antibodi yang lama kelamaan bisa bertambah banyak. Jadi satu kali penyuntikan dia timbul antibody 1/3, dua kali 2/3, tiga kali hampir 100 persen. Maka ketika ada virus HPV masuk pada saat pasien terpapar dengan virus HPV langsung, maka virus HPV itu tidak berkembang dalam tubuh dan tidak menuju ke arah kanker serviks. “ jelas dokter Christina ketika ditanya mengenai cara kerja vaksin HPV.
Keterbatasan Vaksin HPV
Disamping keberhasilanya dalam mengurangi angka pengidap kanker serviks dan resiko kematian akibat kanker serviks, vaksin HPV juga memiliki keterbatasan diantaranya sampai saat ini vaksin untuk HPV hanya sampai pada Gargasil yang melindungi 4 sub tipe virus saja sementara penyebab HPV berasal lebih dari 4 sub tipe virus.
Selain itu dokter Angela menambahkan bahwa vaksin HPV belum 100% mampu melindungi infeksi HPV, “Vaksin ini gak 100 persen bisa mengobati kanker. Sebenarnya vaksinasi apapun itu, mau dia BCG, imunisasi dasar, HPV, difteri sekalipun, dia hanya mengurangi kemungkinan untuk terjadinya keparahan penyakit. Jadi misalkan, kalau dia ga disuntik, dia kena kanker serviks dan itu bisa parah banget, tapi kalau dia disuntik, kemungkinan dia kanker itu ada tapi berkurang. Untuk berkurangnya sendiri tidak ada angka pasti kalau untuk presentase vaksin”.
Tingkat Kesadaran dan Pentingnya Vaksin HPV
Di Indonesia, tingkat kesadaran terhadap pentingnya vaksin HPV untuk mengurangi resiko kanker serviks dan kutil kelamin masih rendah.
Padahal vaksin HPV ini merupakan suatu langkah pencegahan primer untuk kanker serviks, selain itu menurut dokter Christina Handoko, vaksin HPV perlu dilakukan sebagai upaya perlindungan terhadap virus pappiloma karena setiap orang terutama wanita sangat rawan terpapar virus ini, terlebih lagi menurut data dari Globocoan tahun 2012, setiap satu jam perempuan meninggal karena kanker serviks di Indonesia, hal ini yang juga menjadi faktor mengapa Indonesia menempati posisi nomer dua di dunia terhadap jumlah kasus kanker serviks.
“Vaksin HPV ini salah satu langkah pencegahan primer sebenarnya untuk ke arah kanker serviks. Memang dia belum sempurna karena yang menyebabkan kanker serviks lebih dari 4 sub tipe virus HPV, hanya satu langkah pencegahan, karena tidak efek negatifnya saya rasa tidak ada salahnya juga kita melakukan vaksin HPV, sebagai perlindungan tambahan. Memang tidak wajib ya, tapi dia perlindungan tambahan terhadap kanker serviks yang memang apabila terkena dampaknya cukup besar untuk seorang perempuan,” jelas dokter Christina mengenai pentingnya vaksin HPV.
Komentar
Posting Komentar